Rabu, 29 Maret 2017

laporan Sistem Pertanian Terpadu Sumbawa



LAPORAN

SISTEM PERTANIAN TERPADU
PENGEMBANGGAN PETERNAKAN DENGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU
“Tugas Laporan Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah Sistem Pertanian Terpadu”







Di Susun Oleh :
KELOMPOK I (Satu)




                                                                       
PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SAMAWA (UNSA)
SUMBAWA BESAR
2016/2017


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM PERTANIAN TERPADU

Oleh :

Kelompok I


Laporan Ini Telah Disetujui Dan Diterima Oleh Dosen Pengampu,
Pada :
Hari/tanggal     :        Januari 2017
Tempat            : Universitas samawa (UNSA) Sumbawa besar
                  
                Praktikan



         ARDIANSYAH. A
            13.01.04.0.005
Mengatahui,
Dosen Pengampu



(Syahdi Mastar, SP.M,.Si)
NIDN. 0827036801


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan karna atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kami rahmat serta hidayah-Nya. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan kami dukungan moral dan material sehingga kami bisa menempuh pendidikan sampai saat ini dan juga kepada dosen pengampu yang telah dengan sabar membimbing kami, sehingga kami dapat menyelsaikan tugas laporan yang berjudul “Pengembangan Peternakan Dengan Sistem Pertanian Terpadu” guna melengkapi tugas mata kuliah “SISTEM PERTANIAN TERPADU” dengan semaksimal mungkin.
Kami pun menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Untuk itu kami mohon masukan serta saran yang membangun kepada para pembaca, agar kami dapat memperbaiki segala kekurangan pada tugas - tugas berikutnya harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amien

                                                                       Sumbawa, 23 Desember  2015


                                                                                       Peyusun,


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL                                                                                     Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2   Rumusan Masalah.................................................................... .......... 2
1.3   Tujuan Peraktikum.............................................................................. 2
1.4   Manfaat Praktikum.............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Sistem Pertanian Terpadu....................................................... 3
2.2 Pola Sistem Pertanian Terpadu............................................................ 4
BAB III METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................. 11
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................... 11
3.3 Langkah Kerja...................................................................................... 11
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil Survay Lahan............................................................................. 12
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................ ......... 16  
5.2 Saran................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN


DAFTAR GAMBAR

Gambar                                                                                                      Halaman
1.   Lahan Peternakan.......................................................................................... 14
2.   Desain lahan peternakan berbasis sistem petanian terpadu.......................... 15




DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran                                                                                                     Halaman
1.1 Hasil Dokumentasi Saat Praktikum........................................................         18





                                                                 


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering  disebut dengan pertanian terpadu adalah memadukan antara kegiatan peternakan dan pertanian. Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di  lahan pertanian, sehingga pola ini sering  disebut pola peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian  digunakan untuk pakan ternak. Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh  hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah. Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah  saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya. 
Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka sebaiknya produksi  pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan.  Pada kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman untuk peternakan. Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya.  Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai. Dengan berbagai macam sistem pertanian seperti mixed farming system, crops-livestock production system, model pertanian tekno-ekologis (di ekosistem lahan sawah), model pertanian tekno-ekologis (di ekosistem lahan perkebunan-ternak) yang menunjang berjalannya sistem pertanian terpadu dengan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing sistem.
Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu adalah petani akan memiiki beragam sumber penghasilan. Sistem Pertanian terpadu memperhatikan diversifikasi tanaman dan polikultur. Seorang petani bisa menanam padi dan bisa juga beternak kambing atau ayam dan menanam sayuran. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat digunakan sebagai pupuk sehingga petani tidak perlu membeli pupuk lagi. Jika panen gagal, petani masih bisa mengandalkan daging atau telur ayam, atau bahkan menjual kambing untuk mendapatkan penghasilan.
Pertanian terpadu merupakan pilar kebangkitan bangsa Indonesia dengan cara menyediakan pangan yang aktual bagi rakyat Indonesia.  Dalam segi ekonomi pertanian terpadu sangat menguntungkan bagi masyarakat karena output yang dihasilkan lebih tinggi dan sistem pertanian terpadu ini tidak merusak lingkungan karena sistem ini ramah terhadap lingkungan. Output dari pertanian terpadu juga bisa digunakan Selain itu limbah pertanian juga dapat dimanfaatkan dengan mengolahnya menjadi biomassa. Bekas jerami, batang jagung dan tebu memiliki potensi biomassa yang besar.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah laporan ini berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan dikawasan budidaya ternak di kelurahan pekat yaitu:
a.   Ingin mengatahui kelemahan-kelemahan yang ada dilahan budidaya ternak.?
b.   Ingin mengatahui potensi-potensi yang ada dilahan budidaya ternak.?

1.3  Tujuan Praktikum
Setelah memperhatikan apa yang menjadi permasalahan yang akan dikaji maka langkah selanjutnya adalah menentukan apa yang menjadi tujuan penyusunan laporan ini. Adapun tujuan praktikum yang telah dilakukan yaitu
a.   Untuk mengatahui kelemahan-kelemahan yang ada dilahan budidaya ternak di kelurahan pekat
b.   Untuk mengatahui potensi-potensi yang ada dilahan budidaya ternak di kelurahan pekat.

1.4  Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dalam penyusunan laporan ini adalah menambah pengetahuan sekaligus motivasi dalam menghasilkan karya-karya dan eksperimen  baru serta memberikan referensi literatur yang berguna terhadap dunia akademis, terutama dalam studi ilmu peternakan guna membuka ruang pengetahuan mengenai cara pengembangan lahan peternak melihat situasi yang ada.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Definisi Sistem Pertanian Terpadu
Sistem pertanian terpadu adalah satu sistem yang menggunakan ulang dan mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja. Secara harfiah, pertanian dapat diartikan sebagai upaya pemanenan sinar matahari, atau transformasi energi matahari menjadi energi organik. Ditinjau dari komoditasnya, pertanian terdiri pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, hortikultura, peternakan dan perikanan, sedangkan apabila ditinjau dari ilmu yang membangunnya, pertanian dibangun dari ilmu-ilmu keras (hard sciences) dan ilmu-ilmu lunak (soft sciences) baik pada kekuatan ilmu-ilmu dasar, terapan dan lanjutan maupun ilmu-ilmu kawinannya.
Berdasarkan pengertian pertanian di atas, terlihat bahwa pertanian merupakan suatu ilmu dan produk dari suatu komoditi dengan cakupan yang sangat luas. Selanjutnya memandang cakupannya yang demikian maka pengembangan ilmu-ilmu pertanian tidak dapat berdiri sendiri. Mereka harus dipadukan sehingga dihasilkan suatu teknologi yang mampu menyediakan pangan bagi bangsa ini secara berkelanjutan (sustainable). Dengan demikian pada gilirannya nanti teknologi yang dihasilkan tidak lagi terkungkung pada satu bidang ilmu saja, tetapi sudah merupakan teknologifrontier. Oleh karena itu ditinjau dari ilmu-ilmu yang membangunnya ilmu pertanian yang harus dikembangkan adalah ilmu pertanian terpadu (Saputra, 2006).
Istilah sistem pertanian mengacu pada suatu susunan khusus dari kegiatan uasaha tani (misalnya budidaya tanaman, peternakan, pengolahan hasil pertanian) yang dikelola berdasarkan kemampuan lingkungan fisik, biologis, dan sosioekonomis setrta sesuai dengan tujuan, kemampuan, dan sumber daya yang dimiliki petani (Shaner et al, 1982). Sistem pertanian tersebut sangat beragam dalam hal produktivitas dan efisiensi pemanfaatan lahan, tenaga, dan modal serta pengaruhnya terhadap lingkungan.
Apabila sistem pertanian dikembangkan secara sendiri-sendiri maka sisa tanaman, atau kotoran dari ternak merupakan limbah yang dapat menimbulkan masalah dan penanganannya memerlukan biaya tinggi sehingga akan meningkatkan biaya produksi usaha pertanian. Bila demikian halnya sama seperti pada pengembangan ilmu pertanian, secara produksi pun pertanian memerlukan keterpaduan atau pertanian terpadu. Oleh karena itu pertanian terpadu merupakan pilar utama kebangkitan bangsa Indonesia karena akan mampu menyediakan pangan yang aktual bagi bangsa ini secara berkelanjutan

2.2   Pola Sistem Pertanian Terpadu
Pertanian pada umumnya dikenal hanya sebagai tanah dan tanaman yang dikelola. Namun di luar itu pertanian mempunyai peranan lain yang berhubungan dengan bidang lain. Peranan ini tentunya menguntungkan bagi kedua bidang. Hubungan antara pertanian dengan bidang lain yang di dalamnya dapat menghasilkan keuntungan bagi masing-masing bidang.
Sistem pertanian terpadu merupakan sistem di mana pertanian dapat bermanfaat dan berperan penting dalam suatu bidang tertentu baik itu secara langsung maupun tidak langsung, begitu pula sebaliknya. Namun, tentunya tidak semua bidang dapat menerapkan sistem pertanian di dalamnya. Umumnya bidang-bidang tersebut mempunyai hubungan tertentu yang lebih spesifik dengan pertanian. Adapun beberapa bidang yang di dalamnya pertanian dapat diterapkan, di antaranya adalah perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan wisata.
a.   Pertanian – Kehutanan
Sistem pertanian terpadu pertanian-kehutanan digunakan untuk mengurangi penebangan hutan untuk lahan pertanian, dan menjadi solusi untuk keterbatasan lahan pertanian. Salah satu bentuk system pertanian terpadu pertanian-kehutanan adalah agroforestry yaitu penanaman tanaman tahunan, dengan tanaman semusim. Tanaman tahunan, dalam bentuk tanaman hutan, keras, guna untuk rehabilitasi, disamping untuk rehabilitasi, ditanamkan juga tanaman semusim untuk faktor ekonomi.
Beberapa ciri penting agroforestri yang dikemukakan oleh Lundgren dan Raintree (1982) adalah: 
a.   Agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman dan/atau hewan). 
b.   Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun.
c.   Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu.
d.   Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya pakan ternak, bakar, buah-buahan, obat-obatan.
e.   Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service function), misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan pusat berkumpulnya keluarga/masyarakat.
f.    Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis, agroforestri tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomasa tanaman terutama dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen.
g.   agroforestri yang paling sederhanapun secara biologis (struktur dan fungsi) maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budidaya monokultur.
Agroforestri dapat dilihat pada sistem penanamannya. Contohnya adalah penanaman tanaman semusim diberi sela dengan tanaman tahunan. Padi dengan pematang sawah berupa pohon nangka atau pohon sengon dapat dijadikan contoh dari sistem ini.
Manfaat pertanian dalam kehutanan adalah dengan mengetahui sistem penanaman yang benar dapat dihasilkan produk yang lebih. Di sisi lain lingkungan terjaga dengan adanya tumbuhan (yang hidup/ daya panennya dalam jangka waktu lama) yang dapat menjaga kadar air tanah, manusia juga mendapatkan hasilnya di saat panen. Selain itu, keberadaan sistem ini juga dapat menjadikan kelestarian alam lebih terjaga dan rapi.
b.  Pertanian – Perikanan
Kaitan antara bidang pertanian dan perikanan tentunya ada pada pertanian dengan sistem yang membutuhkan air cukup banyak, misalnya pada lahan sawah irigasi. Pada lahan ini dapat dilakukan usaha tani berupa mina padi. Secara umum mina padi berarti memanfaatkan air pada saat penanaman padi untuk kehidupan ikan.
Sistem mina padi merupakan cara pemeliharaan ikan di sela-sela tanaman padi, sebagai penyelang diantara dua musim tanam padi atau pemeliharaan ikan sebagai pengganti palawija di persawahan. Jenis ikan yang dapat dipelihara pada sistem tersebut adalah ikan mas, nila, mujair, karper, tawes dan lain-lain. Ikan mas dan karper merupakan jenis ikan yang paling baik dipelihara di sawah, karena ikan tersebut dapat tumbuh dengan baik meskipun di air yang dangkal, serta lebih tahan terhadap matahari. Agar pertumbuhan tanaman padi tidak terganggu, pemeliharaan ikan di sawah harus disesuaikan dengan sistem pengairan yang ada, sehingga produksi padi tidak terganggu.
Usaha mina padi selain merupakan usaha yang menguntungkan, juga dapat meningkatkan pendapatan petani, serta membantu program pemerintah dalam usaha memenuhi gizi keluarga.
Potensi Minapadi dalam Mendukung Produksi Ikan Nasional
Salah satu langkah yang perlu dilakukan dalam pengelolaan padi sawah yaitu pengelolaan tanah yang meliputi: penggenangan, perbaikan pematang, pembabadan jerami, pembajakan dan pencangkulan serta pemerataan permukaan tanah. Selain itu, pada saat awal dilakukan penanaman padi, tidak banyak yang dapat dilakukan petani selain melakukan pengeringan tanah untuk menekan serangan keong mas, menyemprot hama dan menunggu tanaman padi membesar. Sayangnya kegiatan-kegiatan tersebut kurang memberikan nilai tambah bagi petani sebaliknya mengeluarkan cukup banyak biaya.Sebaliknya dengan sistem minapadi, petani bisa mendapatkan beberapa keuntungan diantaranya meningkatnya produktifitas lahan, memperoleh pendapatan dari panen padi dan ikan dan berkurangnya biaya produksi. Dalam sistem minapadi, setelah proses pengolahan tanah sambil menunggu menunggu waktu tanam, lahan ditanami bibit ikan dan dipelihara selama 30-40 hari. Selanjutnya ikan dipanen dan dilakukan penanaman padi. Penanaman bibit ikan baru dilakukan beberapa hari kemudian dan dilakukan pemeliharaan selama 30 sampai 40 hari. Dengan demikian dalam sekali siklus budidaya minapadi dapat dilakukan pemanenan ikan 2 kali dan sekali pemanenan padi.
Selain itu penerapan minapadi dapat menekan pertumbuhan gulma, mengurangi serangan hama dan penyakit dan meningkatkan jumlah musuh alami bagi hama tanaman (Lu dan Li, 2006).   Benih ikan memakan plankton dan organisme kecil lain yang jatuh atau terdapat di air termasuk telur dan larva hama padi. Hal ini menguntungkan karena ikan yang dipelihara memperoleh makanan tambahan. Selain itu, berkurangnya aplikasi pestisida dalam budidaya minapadi memberi keuntungan lain karena mendorong berkembangnya musuh alami bagi hama padi. Dengan berkurangnya aplikasi pestisida selain memberi keuntungan bagi petani dengan berkurangnya biaya produksi, juga memberi keuntungan bagi kesehatan manusia dan pelestarian lingkungan.
Dengan potensi lahan persawahan Indonesia yang cukup besar yakni mencapai 7 juta hektar maka produksi perikanan yang cukup besar bisa diperoleh dari penerapan minapadi. Sehubungan dengan besarnya potensi tersebut maka Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengembangkan program ”gerakan sejuta hektar mina padi” atau disingkat GENTANADI. Dari program tersebut selain produksi ikan nasional akan meningkat juga memberi manfaat bagi meningkatnya kesejahteraan masyarakat khususnya petani.
Optimalisasi Kondisi Lingkungan Untuk Budidaya Minapadi
Pada prinsipnya kondisi sawah yang cenderung selalu tergenang air memungkinkan untuk budidaya ikan. Namun kenyataanya sawah yang didesain hanya untuk budidaya padi kondisinya kurang optimum untuk budidaya ikan. Sebagai contoh, petani melakukan pengeringan pada pertanaman padi untuk melakukan penyiangan, menekan perkembangan hama keong dan mendorong berkembangnya anakan padi. Kondisi tersebut tentu tidak cocok untuk budidaya ikan.  Selain itu aplikasi pestisida untuk membunuh hama dalam pertanaman padi dapat membunuh ikan budidaya. Oleh karena itu, agar sawah dapat sesuai untuk budidaya minapadi maka desain dan pengelolaan sawah harus dapat mendukung untuk pertumbuhan ikan dan padi.
Agar kondisi lahan sawah ideal bagi budidaya minapadi maka beberapa modifikasi perlu dilakukan. Pada dasarnya modifikasi yang dilakukan adalah untuk memperdalam area bagi budidaya ikan tanpa membuat tanaman padi tergenang lebih dalam serta meminimalkan akses ikan masuk lokasi budidaya padi.  Paling tidak ada empat perbaikan fisik untuk budidaya minapadi yaitu: 1) meningkatkan tinggi pematang sehingga meningkatkan tinggi genangan dan meminimalkan kerusakan bila lokasi terendam air; 2) memasang jaring atau pembatas sehingga ikan tidak melarikan diri serta melindungi dari masuknya predator; 3) melakukan pengeringan; dan 4) membuat daerah yang lebih dalam untuk perlindungan ikan.  Contoh desain kemalir dan pematang dapat dilihat pada Gambar 2. Bentuk parit atau kemalir dan lebarnya disesuaikan dengan luas petakan sawah, yaitu 2-3 % sedangkan dalam kemalir adalah 20-30 cm.
Kawasan Minapadi untuk Mendukung Wisata Lingkungan (Ekowisata)
Istilah “ekowisata” dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Prinsip-prinsip pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dan konservasi adalah keberlanjutan ekowisata dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (prinsip konservasi dan partisipasi masyarakat); 2) Pengembangan institusi masyarakat lokal dan kemitraan (Prinsip partisipasi masyarakat); 3) Ekonomi berbasis masyarakat (Prinsip partisipasi masyarakat); dan Prinsip Edukasi. Ekowisata memberikan banyak peluang untuk memperkenalkan kepada wisatawan tentang pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap kebudayaan lokal.
Salah satu bentuk wisata yang marak berkembang belakangan ini adalah wisata pertanian dimana wisatawan terlibat langsung dalam kegiatan pertanian seperti membajak sawah, bercocok tanam, berternak, memancing dan berbagai kegiatan pertanian lainnya.  Berbagai daerah diketahui telah mengembangkan wisata pertanian seperti Desa Cinangneng, Bogor, Desa Kebonagung di Jogjakarta dan lain-lain.
Pengembangan minapadi pada kawasan pertanian sawah akan lebih meningkatkan daya tarik wisata pertanian karena lebih banyak variasi wisata yang dapat diperoleh serta sifatnya yang ramah lingkungan.  Pada lokasi minapadi, wisatawan tidak hanya menemukan padi di lahan persawahan tetapi juga dapat menemukan ikan. Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan perikanan juga dapat dikembangkan sebagai alternatif wisata seperti memancing dan menjala ikan, memberi makan ikan dan lain lain.  Disisi lain sistem budidaya minapadi yang dapat mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida pengaruhnya yang baik dalam meningkatkan musuh alami dari hama dan penyakit tanaman padi memungkinkan dihasilkannya produk pertanian organik yang lebih sehat.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan sehat seperti produk organik, maka proses produksi bahan organik juga dapat menjadi daya tarik khusus bagi wisatawan sekaligus media pendidikan yang baik untuk kampanye pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap kebudayaan lokal.
c.   Pertanian – Peternakan
Hubungan antara pertanian dengan peternakan dalam sistem pertanian terpadu sangat beraneka ragam, tergantung pada sudut pandang yang diambil. Salah satu manfaat dari mempelajari sistem pertanian terpadu adalah bisa mengetahui hubungan saling ketergantungan antara pertanian dengan peternakan. Selain itu dapat pula diketahui berbagai keuntungan yang bisa diambil saat mempelajari hubungan antara sistem pertanian dengan peternakan.
Keuntungan yang bisa diambil dari peternakan bagi pertanian adalah pemanfaatan tenaga hewan ternak untuk kepentingan pertanian. Contoh manfaat yang bisa diambil dari peternakan adalah kotoran hewan ternak dapat digunakan sebagai pupuk kandang bagi tanaman. Tenaga hewan ternak juga dapat digunakan sebagai tenaga pengolah lahan dan dapat juga dimanfaatkan sebagai tenaga pengangkutan hasil pertanian di  mana akan menghemat biaya karena tidak membutuhkan bahan bakar layaknya kendaraan bermotor.
Sama dengan peternakan, pertanian pun sangat bermanfaat bagi dunia peternakan. Salah satu faktor yang harus terpenuhi dalam peternakan adalah kebutuhan akan pakan ternak Dari pertanian akan dihasilkan bahan-bahan yang dapat diolah menjadi pakan ternak. Pertanian sangat berperan dalam memenuhi keutuhan pakan ternak karenatidak semua hewan ternak dapat diberi pakan dengan bahan makanan yang diambil dari alam. Banyak hewan ternak yang pemenuhan pakannya sangat bergantung pada pertanian. Contohhewan ternak yang membutuhkan pertanian adalah unggas. Pada umumnya unggas memakan biji-bijian di mana biji-bijian ini hanya akan diperoleh dengan pertanian. Oleh sebab itu, keberadaan pertanian menjadikan kebutuhan pakan ternak akan mudah terpenuhi.
Namun permasalahan yang cukup mengkhawatirkan dalam peternakan adalah persaingan antara pakan dan pangan. Sistem pemberian pakan dalam peternakan menggunakan sumberdaya yang sama dengan yang dimakan manusia. Serealia dan tepung kedele adalah komponen terbesar pakan ternak yang juga dikonsumsi oleh manusia. Diperkirakan hampir 50% dari supply biji-bijian dunia dikonsumsi ternak. Jika semua biji-bijian dunia dicadangkan untuk konsumsi manusia saja maka akan cukup untuk memberi makan 9 – 10 milyar penduduk dunia   pada   titik   mana  populasi  dunia  diharapkan  akan  stabil. Oleh karena itu, pemecahan terhadap masalah memenuhi kebutuhan pangan di tahun mendatang adalah mengembangkan sistem produksi ternak yang tidak tergantung pada biji-bijian serealia.
Keuntungan lain dari alternatif sistem pakan bukan biji-bijian akan membawa kepada pengurangan kontaminasi lingkungan, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan keragaman hayati dan produk ternak yang lebih baik mutunya. Karenanya tiap intervensi yang melibatkan ternak harus didasarkan pada peran sinergis mereka dalam manfaat sistem pertanian keseluruhan ketimbang sebagai penghasil daging, susu atau telur yang menggunakan pakan bersaing dengan kebutuhan manusia. Sistem peternakan yang menggunakan pakan sama dengan pangan hanya akan mengakumulasi masalah dimasa mendatang, apalagi sekarang pangan tidak hanya digunakan sebagai pakan tetapi juga energi. Tentu diperlukan terobosan dalam bidang peternakan untuk menjaga keberlanjutan sistem pertanian secara keseluruhan.
d.  Pertanian – Wisata
Hubungan antara pertanian dengan wisata sering disebut dengan agrowisata. Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek wisata utamanya adalah lanskap pertanian, maka dapat dikatakan bahwa agrowisata merupakan wisata yang memanfaatkan obyek-obyek pertanian. Agrowisata juga merupakan kegiatan wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian sebagai obyek wisata, seperti teknologi pertanian maupun komoditi pertanian.
Beberapa sumber menjelaskan bahwa agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata tersebut ikut melibatkan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian.
Agrowisata umumnya berada pada daerah yang memiliki iklim dingin atau dengan kata lain ada pada dataran tinggi di mana pertanian dapat terlaksana dengan baik. Pengembangan wisata dengan metode pertanian memiliki kesenangan tersendiri. Di dalamnya para wisatawan dapat mengetahui lebih lanjut tentang pertanian dan bahkan dapat melakukannya. Pendekatan ini secara tidak langsung menambah pengetahuan mengenai pertanian bagi para wisatawan. Selain itu, dengan adanya agrowisata petani dan masyarakat sekitar pun  mendapatkan pendapatan yang lebih. Keberadaan tempat wisata menyebabkan masyarakat turut berperan dalam meramaikan pasarnya.



BAB III
METODELOGI

3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum dilaksanakan  di pengembangan peternakan  rakyat terpadu yaitu dilahan budidaya ternak milik petani dikelurahan pekat kecamatan sumbawa waktu pelaksanaan pada tanggal 27 Nopember 2016.

3.2  Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan praktikum sistem pertanian terpadu adalah sebagai berikut:
a.   Buku Tulis
b.   Pensil
c.   Bolpoin
d.   Camera hp

3.3 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja praktikum sistem pertanian terpadu adalah sebagai berikut:
a.   Melakukan pendataan kelemahan-kelemahan budidaya ternak yang dilaksanakanoleh peternak dilokasi praktikum diamati oleh masing-masing kelompok mahasiswa, selanjutnya didiskusikan kelemahan tersebut dilokasi praktikum
b.   Melakukam pendataan potensi-potensidi lahan praktikum untuk menentukan model pengembangan lahan budidaya.
c.   Menganalisis solusi yang diperlukan untuk mengembangkan lahan budidaya untuk menjadi areal pertanian terpadu berbasis ternak sapi, tanaman pangan dan lamtoro.
d.   Mebgambar desain lahan untuk pengembangan ternak sehingga sarana, pakan dan air tercukupiuntuk budidaya ternak terpadu.


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Survay Lahan
Berdasarkan hasil survay lahan budidaya ternak milik petani di kelurahan pekat kacematan sumbawa bahwa luas lahan tersebut 1,5 Ha keadaan lahan masih dalam keadaan kosong dan kebanyakan yang tumbuh di lahan tersebut banyak tumbuh gulma-gulma non-rumput yang tidak dapat dimanfaatkan sebagai pakan, rumput yang tumbuhpun sedikit sehingga tidak layak dikatakan sebagai lahan padang pengembalaan untuk ternak, sedangkan potensi yang dimiliki di lahan tersebut sangat besar seperti sungai kecil, sumber air dangkal, sumur bur bahkan lahan tersebut memiliki tanah yang subur tidak berbatu, jauh dari jalan raya bahkan jauh pula dengan pemukiman penduduk. Kelemahan lain juga dilihat dari kondisi lahan tersebut adalah sedikitnya sumber bahan pakan yang dimiliki karena banyaknya gulma-gulma non rumput yang tumbuh, pagarpun kurang dimanfaatkan untuk ditanami sumber bahan pakan seperti penanaman lamptoro dapat dilihat pada gambar 4.1
Dari lahan yang telah di survay dan memiliki potensi yang baik untuk penanaman dengan sistem pertanian terpadu berbasis ternak sapi, tanaman pangan dan lamtoro, luas lahan yang dimiliki adalah 1,5 Ha, sedangkan lahan 200 m2 akan dibuat kandang pengemukan dan kandang komersial untuk pengistirahatan ternak induk sementara lahan 300 m2 akan dibuat rumah pemukiman dan rumah tempat pakan, penanaman tanaman pangan dan kolam ikan selain itu juga akan dibuat kandang kecil untuk beternak ayam kampung, sedangkan untuk kotoran ternak pengemukan sapi akan disalurkan ke penampungan biogas untuk dimanfaatkan pembuatan biogas fungsinya untuk kebutuhan rumah tangga dan penerangan di sekitar kandang dan perumahan selain biogas kotoran ternak dan ampas dari biogas juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kompos, Pemberian pupuk juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman dan untuk menjaga kesuburan tanah, pada sistem pertanian terpadu ini pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang. Pupuk kandang diberikan untuk semua tanaman, seperti berbagai jenis rumput dan tanaman pangan, sementara itu untuk lahan 1 Ha akan dibut beberapa petang tempat padang pengembalaan dipadang pengembalaan tersebut akan ditanami rumput gajah, lamptoro,  Rumput Rhodes, Rumput Bangala, Rumput setaria dan Rumput Beha. disetiap pagar juga akan ditanami lamptoro seperti pada gambar 4.2. Pola Sistem pertanian terpadu merupakan penanaman campuran dan beternak dari dua atau lebih jenis pangan dan ternak dalam suatu luasan lahan. Jenis pangan yang digabung bisa banyak variasinya. Pola sistem pertanian terpadu ini sebagai upaya memanfaatkan lahan semaksimal mungkin.
Sistem pertanian terpadu merupakan pemanfaatan seluruh potensi energi yang terdapat pada lahan dengan berbagai jenis usahatani sehingga dapat menghasilkan hasil panen secara seimbang.  Melalui pertanian terpadu akan terjadi pengikatan bahan organik di dalam tanah dan penyerapan karbon yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pertanian konvensional yang memakai pupuk nitrogen dan sebagainya. Proses pemanfaatan produksi pertanian terpadu dalam suatu kawasan dapat terjadi secara efektif dan efisien, sehingga keberadaan sektor-sektor akan mengakibatkan kawasan memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya, selain itu juga akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai. Penerapan sistem pertanian terpadu dapat dilakukan dengan pengelolaan tanah secara terpadu, pengelolaan tanaman secara terpadu, pengelolaan ternak terpadu, pengelolaan air terpadu, pengelolaan unsur hara terpad, pengelolaan hama terpadu dan adanya pengelolaan pemasaran terpadu. Tujuh unsur dalam penerapan pertanian terpadu saling terkait yang satu dengan lainnya.



















































































BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa:
a.   Sistem pertanian terpadu merupakan sistem di mana pertanian dapat bermanfaat dan berperan penting dalam suatu bidang tertentu, begitu pula sebaliknya.
b.   Beberapa macam sistem pertanian terpadu seperti pertanian-perkebunan, pertanian-kehutanan, pertanian-peternakan, pertanian-perikanan, dan pertanian-wisata.

5.2 Saran
Dalam melaksanakan sistem pertanian perlu dilakukan dengan model yang sesuai dengan daerah lingkungan dan jenis tanaman yang akan ditanam bersamaan sehingga dapat saling menguntungkan, apabila ingin mengintegrasi dengan ternak maka perlu tanaman pakan untuk menunjang produksi dari ternak, sehingga memberikan hubungan timbalbalik yang saling menguntungkan.


DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, A. 2008. Teknologi Dan Strategi Konservasi Tanah Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian.  Pengembangan Inovasi Pertanian.
Girsang, M. A., dan Ibrahim, T. M. 2010. Analisis Kelayakan Sistem Integrasi Ternak sapi Dengan Tanaman sayur-sayuran Di Kabupaten Karo Sumatera Utara. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Haryanto, B. 2009. Inovasi Teknologi Pakan Ternak Dalam Sistem Integrasi Tanaman -Ternak Bebas Limbah Mendukung Upaya Peningkatan Produksi Daging. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan: Bogor.
Makka, D. 2006. Prospek Pengembangan Sistem Integrasi Peternakan Yang Berdaya Saing. Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak, hal 18-32.
Mulyoutami, E., Stefanus, E., Schalenbourg, W., Rahayu, S., dan Joshi, L. 2005. Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis padi di Sumberjaya, Lampung Barat. Jurnal Agroforestry.
Sardjono, M. A., Djogo, T., Arifin, H. S., dan Wijayanto, N. 2003. Klasifikasi Dan Pola  Kombinasi Komponen Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF): Bogor.
Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya Press (UB Press):Malang.
Soedjana, T. D. 2007. Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak Sebagai Respons Petani Terhadap Faktor Risiko. Jurnal Litbang Pertanian.
 Sunaryo dan Laxman, J. 2003.  Peranan Pengetahuan Ekologi Lokal dalam Sistem Agroforestry. World Agroforestry Centre (ICRAF): Bogor
Sunyoto, Pramu Dan  Rachman,  Benny. 2005. Kajian Sistem Integrasi Padi-Sapi Dilahan Sawah Irigasi Kabupaten Lebak Banten. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005.



DAFTAR LAMPIRAN

1.1  Hasil Dokumentasi saat praktikum








Lahan pengembangan peternakan







Sungai kecil potensi yang dimiliki di lahan pengembangan peternakan yang tidak dimanfaatkan








Sumur bor salah satu potensi yang dimiliki di lahan budidaya peternakan yang tidak dimanfaatkan







mencatat dan mendiskusikan potensi dan kelemahan yang ada dilahan budiya peternakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar