Minggu, 11 Mei 2014

laporan penelitia penetasan telur ayam kampung Ardiansyah Cinta Tanah Tarano

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
 Dunia peternakan khususnya bidang perunggasan dituntut untuk menghasilkan produk peternakan yang kualitas dan kuantitasnya harus tinggi, baik itu dari daging maupun telur. Untuk memenuhinya maka harus tersedia unggas dalam jumlah yang banyak pula. Jika hanya bergantung secara alami, maka jumlah unggas yang dibutuhkan tidak tercapai, oleh karena itu diperlukan teknologi yang dalam waktu yang singkat dapat menghasilkan anakan unggas dalam jumlah yang banyak. Hal ini dapat dilakukan dengan penetasan telur memakai mesin tetas (Yuwanta et al, 1983). Mesin penetas atau inkubator ada yang berbentuk sederhana, semi otomatis dan modern. Alat ini dapat menetaskan telur dalam jumlah banyak dan memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu dari 50 - 100 butir. Dengan menggunakan mesin tetas dapat mendorong industri perunggasan dalam penyediaan bibit unggul dalam jumlah besar dan dalam waktu yang bersamaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas perlu diketahui untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu penetasan (Yuwanta et al, 1983). Telur tetas merupakan telur yang didapatkan dari induknya yang dipelihara bersama pejantan dengan perbandingan tertentu. Salah satu jenis unggas yang dapat menghasilkan telur setiap hari yang telah kita kenal adalah ayam kampung. Penetasan telur ayam kampung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan telur dengan induk dan menggunakan mesin penetas atau incubator. Menetaskan telur berarti mengeramkan telur agar menetas dengan tanda kerabang telur terbuka atau pecah sehingga anak dapat keluar dan hidup. Penetasan secara alami melalui induk kurang efektif dan efisien karena terbatasnya telur yang dapat ditetaskan dalam waktu tertentu (Yuwanta et al, 1983). Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas adalah mengkondisikan telur sama seperti telur yang dierami oleh induknya. Baik itu suhu, kelembaban dan juga posisi telur. Dalam proses penetasan dengan menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan di banding dengan penetasan secara alami, yaitu : dapat dilakukan sewaktu - waktu, dapat dilakukan dengan jumlah telur yang banyak, menghasilkan anak dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan seleksi pada telur (Yuwanta et al, 1983). Hal-hal yang mendukung keberhasilan dari penetasan dengan mesin tetas antara lain adalah telur tetas itu sendiri harus telur yang fertil yaitu telur dari betina yang di kawini pejantan, suhu dalam mesin tetas sekitar 102°F, kelembaban 60%, sirkulasi udara dalam mesin tetas lancar, pemutaran telur dan juga candling yaitu peneropongan telur selama proses penetasan sehingga dapat diketahui pertumbuhan embrionya (Yuwanta et al, 1983). 1.2 Maksud dan Tujuan a) Maksud di adakan praktikum penetasan telur ayam kampung mengunakan mesin penetasan sederhana adalah untuk memberikan pemehaman kepada mahasiswa tentang cara dan teknikpenetasan telur. b) Tujuan di adakn praktikum adalah untuk memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam pengelolaan penetasan telur. 

 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 
2.1 Ayam Kampung
 Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan. Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung. Untuk membedakannya kini dikenal istilah ayam buras singkatan dari "ayam bukan ras" bagi ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya, tidak sekadar diumbar dan dibiarkan mencari makan sendiri. Peternakan ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pemeliharaannya relatif lebih mudah (Suprijatna et al, 2005). Sejarah ayam kampung dimulai dari generasi pertama ayam kampung yaitu dari keturunan ayam hutan merah (Gallus gallus). Jenis ayam kampung sudah dikenal sejak jaman Kerajaan Kutai. Pada saat itu, ayam kampung merupakan salah satu jenis persembahan untuk kerajaan sebagai upeti dari masyarakat setempat. Keharusan menyerahkan upeti menyebabkan ayam kampung selalu diternakan oleh warga kampung dan menyebabkan ayam kampung tetap terjaga kelestariannya. Di samping itu, ayam kampung memang sesuai dengan selera masyarakat setempat. Kebiasaan beternak ayam kampung tersebutlah yang menyebabkan ayam ini mudah dijumpai di tanah air. Sampai sekarang sistem upeti dalam arti perpindahan barang (ayam kampung) dari desa ke kota masih tetap ada. Bedanya, saat ini perpindahan tersebut lebih bersifat bisnis (Suprijatna et al, 2005). 2.2 Penetasan telur Menjaga agar kestabilan suhu saat mengeram, ayam selalu bergerak atau bergeser, terutama pada 5 - 6 hari pertama pengeraman. Tidak sampai lima jam, ayam akan bergerak atau bergeser lagi. Jika masih terlalu panas, telur yang dierami akan dibalik dengan kepala dan lehernya. Proses pembalikan ini bertujuan untuk meratakan suhu dan melawan gaya gravitasi, sehingga posisi embrio di dalam telur tetap baik. Proses pembalikan telur biasanya dilakukan tiga kali dalam sehari, tergantung pada peningkatan suhu di dalam telur (Anonim et al, 2010). Pengetesan fertilitas telur adalah suatu hal yang perlu dilakukan. Hal ini terutama diperlukan untuk menentukan jumlah telur yang fertile untuk terus ditetaskan sedangkan yang tidak fertile atau tidak bertunas harus disingkirkan karena tidak berguna dalam proses penetasan dan bahkan cuma buang - buang tenaga dan tempat saja. Padahal tempat yang ada dapat dimanfaatkan untuk telur telur fertile yang lain atau yang baru akan ditetaskan (Anonim et al, 2010). 1. Pemilihan Telur Seleksi telur yang akan ditetaskan sangatlah penting karena hal inilah yang menentukan berhasil tidaknya penetasan ini. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam penyeleksian antara lain : a) Memiliki berat yang normal di bandingkan dengan jenisnya (untuk ayam kampung beratnya beratnay 40 - 45 g/butir). b) Memilih bentuk normal di bandingkan dengan jenisnya (untuk ayam kampung ukuran normalnya 3:4). c) Keadaan kulitnya bersih dari kotoran. d) Rongga udaranya terlihat dengan jelas di bagian tumpul dan tidak berpindah - pindah. e) Umur telur tidak lebih dari 5 hari dan cara penyimpanannya tidak boleh kena sinar matahari langsung. f) Ratio induk jantan dan betinanya 1:8 tidak lebih. g) Umur induk jantan dan betina tidak boleh kurang dari 12 bulan. h) Tidak terdapat kecacatan seperti retak, permukaan yang terlalu kasar cangkang yang lembek, penebalan kulit di satu bagian, bagian kuning telur dobel, dll. i) Tidak berbau busuk atau sudah lama disimpan (ini harus di pisahkan dengan telur yang bagus). 2. Faktor yang mempengaruhi kualitas telur 1. Asupan nutrisi pada induk memenuhi syarat. 2. Kesehatan induknya bagus (tidak sedang terserang penyakit). 3. Ratio induk jantan dan betinanya 1:8 tidak lebih. 4. Umur induk jantan dan betina tidak boleh kurang dari 12 bulan. 5. Pola perkawinannya terkontrol atau terhindar dari kawin sedarah (inbreading terjadi rentang 6 generasi). 3. Keunggulan mesin penetas telur : a) Menggunakan sistem rak putar, pemutaran semua telur dapat di lakukan dengan sekali mengoperasikan hendel dari luar (tampa membalik satu persatu). b) Rak telur terdiri dari penggabungan bahan alumunium dan rangka plastik, dengan ram profil ‘U, sangat baik dalam meratakan panas pada telur, tahan karat, higenis, ringan dan akurat. c) Thermostat menggunakan rangka plastik, penyetelan di lakukan dari lubang fentilasi dan fluktuasi suhu sekitar 1020F sehingga aman digunakan, lebih akurat dan praktis. d) Pemanas darurat dengan plat pemanas, cukup memakai lampu minyak/ lilin. e) Dapat di gunakan berbagai jenis dan ukuran telur unggas, dari bebek, ayam, puyuh, dara, perkutut, wallet, dll, ( untuk ukuran telur burung, rak dapat di pesan khusus ). f) Desain lebih artistik, indah, variatif dan ringan. BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Materi a. Alat yang digunakan  Termometer  Teropong telur  Mesin tetas  Lilin  Kain lap  Korek api  Bak/mampan air b. Bahan yang di gunakan  Deterjent  Air  alcohol  Incunol 75 %  Sunlight c. Waktu dan Tempat a) Waktu pelaksanaan peraktikum akan di lakukan pada Hari senin Tanggal 28 April 2014. Jam 17:45 b) Tempat pelaksanaan di lakukan di laboratorium Fakultas Pertanian Unsa Sumbawa Besar. 3.2 Metode 1. Persiapan  Persiapan telur Sebelum memulai penetasan telur ayam kampung kita perlu memperhatikan terlebih dahulu jenis telur yang ditetaskan seperti yang kita lihat dari bentuk telurnya dan yang akan ditetaskan. Ada beberapa factor yang mempengaruhi telelur ayam tidak menetas seperti terjadi goncangan, gempa dan cara kita menaruh telur, kebutuhan pasar ayam antara lain ayam petelur, ayam pedaging, ayam kampung, ayam hias (cemani, ayam mutiara, ayam kate dan lain-lain). Masing - masing memiliki kelemahan dan kelebihan, tetapi dari segi manajemen penetasan dan operasionalnya hampir sama. Misalnya saja ayam pedaging dan ayam petelur, biasanya kelompok ayam ini dipelihara dalam jumlah yang besar oleh satu peternak, jumlahnya mencapai ribuan sehingga kebutuhan akan DOC (Day One Chicken) juga besar. Daging dan telur kelompok ayam ini cukup banyak diminta oleh pasar (Anonim et al, 2010). Proses penetasan sebelum dimulai ada baiknya memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut : Seleksi atau pemilihan telur tetas. Meliputi : berat telur, bentuk telur, keadaan kulit telur, rongga udara, umur telur dan cara penyimpanannya Kemudian memperhatikan faktor penentu penetasan yang meliputi panas, air, pergerakan udara dan operator mesin tetas. Bisa juga ditambahkan kegiatan penyucihamaan ruangan mesin tetas. Kemudian persiapan memasukkan telur ke dalam mesin tetas yang meliputi pengaturan suhu dan kelembaban, dan mempersiapkan pemanas cadangan apabila mesin tetas yang dipakai bertipe hibryd (dua pemanas) (Anonim et al, 2010).  Persiapan mesin  Langkah persiapan a) Hubungkan mesin dengan daya listrik,perhatikan apakah lampu telah menyala dengan normal,jika tidak ganti segera. b) Bak air diisi 1/4 bagian dengan air bersih. c) Mesin disetel dengan suhunya atau kelembaban,dengan mengatur termostatnya. Caranya buka lubang fentalasi, posisikan baut sehingga berada tepat ditenga lubangnya, jika suhu kurang putar baut kekiri dan jika terlalu panas putar kekanan perhatikan jarak suhu ketika mati dan hidup fluktasinya maksimal 1020F (amati pula perbedaan pada siang dan malam).suhu sekitar 1020F untuk 30 menit dapat mematikan embrio didalam telur sedangkan suhu penetasan pada telur 900F untuk 3 sampai 4 jam akan memperlambat perkembagan enbrio didalam telur.kembaban 55 – 66% jika kurang dari itu ditambahkan spons basah dibak air,atau ditepi dalam mesin untuk sprey dengan air hangat (kelembaban yang dibutuhkan berbeda setiap spesies). d) Menstabilkan kondisinya kurang lebih 3 jam (usahakan ditempatkan diruangan yang tertutup namun cukup fentilasi). e) Telur ditata pada rak alumunium dengan bagian tumpul diatas. f) Suhu dan kelembaban dicontrol kembali hingga stabil. 2. Pelaksanaan a) Priode penetasan ayam Kasus Ayam Waktu netas ( hari ) Stop pemutaran ( hari ) Tempelatur ( 0F ) Kelembaban ( % ) 21 18 100 – 103 55 – 60 b) Proses penetasan 1. Yakinkan posisi telur pada rak benar (jika ruang pada rak masih ada isi dengan spons atau kain, sehingga tidak berantakan). 2. Posisikan thermometer ataupun hygrometer pada rak , di antara telur sehingga dapat dengan mudah di pantau melalui kaca. 3. Durasi pembalikan rak . (untuk telur). No Hari ke Perlakuan 1. 1 - 3 Posisi rak datar (jangan diputar) . 2. 4 - 18 Telur dibalik 3 - 8 kali sehari dengan durasi seimbang. 3. 19 - 21 Posisi rak di datarkan kembali dengan, menunggu penetasan. 4. Durasi candling untuk di lakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari ke 7 dan hari ke 14. Untuk telur yang tidak menampakan cirri - ciri telur fertil sehingga di culling atau di ambil. Karena jika sampai mengalami pembusukan akan mempengaruhi telur yang lain. (Proses ini dapat di lakukan dengan menggunakan teropong telur). 5. Durasi pembukaan lubang fentilasi ada 4 periode pada hari 1 - 3 tidak boleh di buka, hari ke 4 di buka ¼ bagian. hari ke 5 di buka ½ bagian, hari ke 6 di buka ¼ bagian dan hari ke 7 hingga menetas di buka penuh. 6. Perlakuan saat keadan darurat. a) Saat listrik putus, letakkan lilin atau lampu minyak plat di bawah mesin, ambil bak air untuk sementara dan letakkan 2 tuas kayu kecil panjang di antara plat lalu masukkan kembali bak air sehingga tidak kontak langsung dengan plat di bawahnya. (lakukan proses ini dengan cepat atau usahakan suhunya tetap stabil). b) Saat suhu tidak kunjung naik, ganti lampu dengan watt yang lebih besar, untuk 5 w kecil ganti dengan 5 watt hiper, 5 watt hiper ganti dengan 10 watt dan seterusnya. c) Saat lampu pada mesin mati, amati apakah lampunya putus jika benar segera ganti. amati apakah capsul atau ada benda lain yang menekan mikroswich jika benar atur kembali. Jika bukan masalah itu berarti ada kabel yang putus (untuk sementara saat ini anda dapat menggunakan pemanas darurat atau gunakan mesin cadangan). d) Saat air pada bak tumpah dalam mesin, cabut aliran listrik untuk sementara, serap air pada mesin dengan spons. pastikan bagian elektroniknya kering, hidupkan kembali mesin. (jika air yang tumpah tidak segera di tangani akan merusak bagian mesin). e) Saat kapsul tidak bisa mengembang, amati apakah ada baut menyengat dalam mesin keluar dari kapsul jika benar kapsul telah bocor. segera ganti dengan yang baru. f) Saat anak ayam yang baru menetas di serang semut atau serangga lain, usahakan serangga di dalam keluar dan letakkan penampung air di kaki mesin serta hindari menempel dengan dinding. Bisa juga menggunakan ibnsektisida di luar mesin ( awas!! jangan sampai mengenai telur maupun anak ayam ). g) Perlakuan pada DOC / DOD pasca penetasan Perlakuan pada DOC / DOD dll. Pasca penetasan antara lain pada umur sehari beri vaksinasi ND dan gurnboro untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Letakkan pada kotak yang aman dan telah di beri lampu dengan suhu di dalam,Beri pakan BR - 1 (pakan khusus starter). Air minum dan beri batu atau sebagainya pada tempat airnya agar anak ayam tidak masuk dalam air atau mati. Jemur pada saat pagi hari dan pastikan kondisinya aman dari predator.
 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 
 BAB V PENUTUP
 A. Kesimpulan Berdasarkan laporan praktikum penetasan telur ayam kampung dapat kami ambil kesimpulannya adalah sebagai berikut 1. Persiapan yang dilakukan untuk penetasan telur yaitu pemilihan telur dengan warna yang seragam, tidak retak, tidak kotor, tekstur halus dan berbentuk bulat atau oval. 2. Didapat rata-rata telur ayam yang digunakan yaitu panjang 4,74 cm, rata-rata lebar 3,33 cm dan indeks sebesar 70,48 cm, dan berat rata-rata 46 gr. 3. Pengaturan ventilasi selama penetasan a. Hari ke-4 ventilasi dibuka 1/4 bagian. b. Hari ke-5 ventilasi dibuka 1/2 bagian. c. Hari ke-6 ventilasi dibuka 3/4 bagia. d. Hari ke-7 sampai memnetas dibuka seluruhnya. 4. Pemutaran telur dimulai pada hari keempat, dan selama penetasan dilakukan pemutaran sebanyak 6 kali sehari. 5. Peneropongan (candling) dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-18. 6. Candling pertama didapatkan satu telur yang kosong/infertil, dan sisanya fertil sampai hari ke-18. 7. Faktor yang berpengaruh selama proses penetasan yaitu suhu, kelembaban, sirkulasi udara dan pemutaran telur. 8. Penanganan telur pasca menetas.yaitu DOC dibiarkan selama 224 jam dalam inkubator agar tetap hangat. 9. Baru setelah 24 jam dilakukan penanganan lebih yang lebih lanjut seperti seleksi, broaading, vaksinasi dan pengemasan untuk pendistribusian lebih lanjut. 10. Penanganan alat penetasan yaitu dibersihkan dengan air dan disemprot dengan disinfektan serta sisa cangkang dikeluarkan dan dibersihkan. 11. Dari hasil prakikum diperoleh daya tetas sebesar 47,37 %, kualitas tetas sebesar 45 % dan mortalitas telur total sebesar 55 %. 12. Angka mortalitas tiap dilakukan candling mengalami penurunan dari 5 % menjadi 0 %. 13. Peneropongan telur bertujuan untuk mengetahui telur kosong/ infertil, telur hidup yang ditandai dengan adanya tunas dengan cabang-cabang urat darah dan telur mati yang ditandai dengan titik/ atau lingkar berwarna kehitaman. B. Saran Saran dari kelompok kami dalam praktikum ini yaitu antara lain sebelum kita melakukan proses penetasan kita setidaknya tahu apa yang harus dan akan kita lakukan dalam praktikum ini, para mahasiswa diharapkan dapat mengambil segala pelajaran yang ada dan kita tidak boleh sembarangan dalam melakukan penetasan karena bila kita tidak rajin memutar telur tentunya akan banyak telur yang tidak menetas. Untuk mesin yang akan digunakan diusahakan menggunakan mesin tetas yang masih dalam kondisi yang bagus dan dapat digunakan. Selama proses penetasan air harus selalu diisi. Sebaiknya pada bak air diberi tutup kawat kasa agar pada saat telur menetas anak ayam tidak tercebur ke dalam air yang dapat menyebabkab kematian. Dan kami ucapkan banyak-banyak terima kasih pada para co-ass yang sudah setia menemani kami dalam melaksanakan praktikum penetasan telur ayam kampung kali ini. Lampiran-lampiran 1.1 Jadwal piket pengecekan dan pembalikan telur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar