LAPORAN
SISTEM PERTANIAN TERPADU
PENGEMBANGGAN PETERNAKAN DENGAN SISTEM
PERTANIAN TERPADU
“Tugas
Laporan Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah Sistem
Pertanian Terpadu”
Di
Susun Oleh :
KELOMPOK
I (Satu)
PROGRAM
STUDI ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS
PERTANIAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
SAMAWA (UNSA)
SUMBAWA
BESAR
2016/2017
LEMBAR
PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTIKUM
SISTEM
PERTANIAN TERPADU
Oleh
:
Kelompok
I
Laporan Ini Telah
Disetujui Dan Diterima Oleh Dosen Pengampu,
Pada :
Hari/tanggal
: Januari 2017
Tempat
: Universitas samawa (UNSA)
Sumbawa besar
Praktikan
ARDIANSYAH.
A
13.01.04.0.005
Mengatahui,
Dosen Pengampu
(Syahdi Mastar, SP.M,.Si)
NIDN. 0827036801
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan karna
atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kami rahmat serta hidayah-Nya.
Kepada kedua orang tua yang telah memberikan kami dukungan moral dan material
sehingga kami bisa menempuh pendidikan sampai saat ini dan juga kepada dosen
pengampu yang telah dengan sabar membimbing kami, sehingga kami dapat
menyelsaikan tugas laporan yang berjudul “Pengembangan Peternakan Dengan Sistem Pertanian Terpadu”
guna melengkapi tugas mata kuliah “SISTEM PERTANIAN TERPADU” dengan semaksimal
mungkin.
Kami
pun menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan
ini. Untuk itu kami mohon masukan serta saran yang membangun kepada para
pembaca, agar kami dapat memperbaiki segala kekurangan pada tugas - tugas
berikutnya harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amien
Sumbawa,
23 Desember 2015
Peyusun,
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah.................................................................... .......... 2
1.3 Tujuan
Peraktikum.............................................................................. 2
1.4 Manfaat
Praktikum.............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Sistem Pertanian Terpadu....................................................... 3
2.2
Pola Sistem Pertanian Terpadu............................................................ 4
BAB III METODELOGI
3.1
Waktu dan Tempat.............................................................................. 11
3.2
Alat dan Bahan.................................................................................... 11
3.3
Langkah Kerja...................................................................................... 11
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
Hasil Survay Lahan............................................................................. 12
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan................................................................................ ......... 16
5.2
Saran................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Lahan
Peternakan.......................................................................................... 14
2. Desain
lahan peternakan berbasis sistem petanian terpadu.......................... 15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1.1 Hasil Dokumentasi Saat Praktikum........................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pola integrasi antara tanaman dan
ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu adalah memadukan
antara kegiatan peternakan dan pertanian. Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan
pupuk kandang di lahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut
pola peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk,
dan limbah pertanian digunakan untuk pakan ternak. Integrasi hewan ternak
dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha yang optimal, dan
dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah. Interaksi antara ternak dan
tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan,
sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan
keuntungan hasil usaha taninya.
Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien,
maka sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu
kawasan. Pada kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman untuk
peternakan. Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan
tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak
akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya.
Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi
sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai. Dengan
berbagai macam sistem pertanian seperti mixed farming system, crops-livestock
production system, model pertanian tekno-ekologis (di ekosistem lahan sawah), model pertanian tekno-ekologis (di ekosistem lahan perkebunan-ternak) yang
menunjang berjalannya sistem pertanian terpadu dengan kelebihan dan kekurangan
dari masing-masing sistem.
Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu adalah petani
akan memiiki beragam sumber penghasilan. Sistem Pertanian terpadu memperhatikan
diversifikasi tanaman dan polikultur. Seorang petani bisa menanam padi dan bisa
juga beternak kambing atau ayam dan menanam sayuran. Kotoran yang dihasilkan oleh
ternak dapat digunakan sebagai pupuk sehingga petani tidak perlu membeli pupuk
lagi. Jika panen gagal, petani masih bisa mengandalkan daging atau telur ayam,
atau bahkan menjual kambing untuk mendapatkan penghasilan.
Pertanian terpadu merupakan pilar kebangkitan bangsa Indonesia dengan cara
menyediakan pangan yang aktual bagi rakyat Indonesia. Dalam segi ekonomi
pertanian terpadu sangat menguntungkan bagi masyarakat karena output yang
dihasilkan lebih tinggi dan sistem pertanian terpadu ini tidak merusak
lingkungan karena sistem ini ramah terhadap lingkungan. Output dari pertanian
terpadu juga bisa digunakan Selain itu limbah pertanian juga dapat dimanfaatkan
dengan mengolahnya menjadi biomassa. Bekas jerami, batang jagung dan tebu
memiliki potensi biomassa yang besar.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah laporan ini berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilaksanakan dikawasan budidaya ternak di kelurahan
pekat yaitu:
a. Ingin
mengatahui kelemahan-kelemahan yang ada dilahan budidaya ternak.?
b. Ingin mengatahui
potensi-potensi yang ada dilahan budidaya ternak.?
1.3 Tujuan Praktikum
Setelah memperhatikan apa yang menjadi
permasalahan yang akan dikaji maka langkah selanjutnya adalah menentukan apa
yang menjadi tujuan penyusunan laporan ini. Adapun tujuan praktikum yang telah
dilakukan yaitu
a. Untuk
mengatahui kelemahan-kelemahan yang ada dilahan budidaya ternak di kelurahan
pekat
b. Untuk
mengatahui potensi-potensi yang ada dilahan budidaya ternak di kelurahan pekat.
1.4 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dalam penyusunan
laporan ini adalah menambah pengetahuan sekaligus motivasi dalam menghasilkan
karya-karya dan eksperimen baru serta
memberikan referensi literatur yang berguna terhadap dunia akademis, terutama
dalam studi ilmu peternakan guna membuka ruang pengetahuan mengenai cara
pengembangan lahan peternak melihat situasi yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sistem Pertanian Terpadu
Sistem
pertanian terpadu adalah satu sistem yang menggunakan ulang dan mendaur ulang
menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang
meniru cara alam bekerja. Secara
harfiah, pertanian dapat diartikan sebagai upaya pemanenan sinar matahari, atau
transformasi energi matahari menjadi energi organik. Ditinjau dari
komoditasnya, pertanian terdiri pertanian tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, hortikultura, peternakan dan perikanan, sedangkan apabila ditinjau
dari ilmu yang membangunnya, pertanian dibangun dari ilmu-ilmu keras (hard
sciences) dan ilmu-ilmu lunak (soft sciences) baik pada kekuatan ilmu-ilmu
dasar, terapan dan lanjutan maupun ilmu-ilmu kawinannya.
Berdasarkan pengertian pertanian di atas,
terlihat bahwa pertanian merupakan suatu ilmu dan produk dari suatu komoditi
dengan cakupan yang sangat luas. Selanjutnya memandang cakupannya yang demikian
maka pengembangan ilmu-ilmu pertanian tidak dapat berdiri sendiri. Mereka harus
dipadukan sehingga dihasilkan suatu teknologi yang mampu menyediakan pangan
bagi bangsa ini secara berkelanjutan (sustainable). Dengan demikian pada
gilirannya nanti teknologi yang dihasilkan tidak lagi terkungkung pada satu
bidang ilmu saja, tetapi sudah merupakan teknologifrontier. Oleh karena itu
ditinjau dari ilmu-ilmu yang membangunnya ilmu pertanian yang harus
dikembangkan adalah ilmu pertanian terpadu (Saputra, 2006).
Istilah
sistem pertanian mengacu pada suatu susunan khusus dari kegiatan uasaha tani
(misalnya budidaya tanaman, peternakan, pengolahan hasil pertanian) yang
dikelola berdasarkan kemampuan lingkungan fisik, biologis, dan sosioekonomis
setrta sesuai dengan tujuan, kemampuan, dan sumber daya yang dimiliki petani
(Shaner et al, 1982). Sistem pertanian tersebut sangat beragam dalam hal
produktivitas dan efisiensi pemanfaatan lahan, tenaga, dan modal serta
pengaruhnya terhadap lingkungan.
Apabila
sistem pertanian dikembangkan secara sendiri-sendiri maka sisa tanaman, atau
kotoran dari ternak merupakan limbah yang dapat menimbulkan masalah dan
penanganannya memerlukan biaya tinggi sehingga akan meningkatkan biaya produksi
usaha pertanian. Bila demikian halnya sama seperti pada pengembangan ilmu
pertanian, secara produksi pun pertanian memerlukan keterpaduan atau pertanian
terpadu. Oleh karena itu pertanian terpadu merupakan pilar utama kebangkitan
bangsa Indonesia karena akan mampu menyediakan pangan yang aktual bagi bangsa
ini secara berkelanjutan
2.2 Pola Sistem Pertanian
Terpadu
Pertanian
pada umumnya dikenal hanya sebagai tanah dan tanaman yang dikelola. Namun di
luar itu pertanian mempunyai peranan lain yang berhubungan dengan bidang lain.
Peranan ini tentunya menguntungkan bagi kedua bidang. Hubungan antara pertanian
dengan bidang lain yang di dalamnya dapat menghasilkan keuntungan bagi
masing-masing bidang.
Sistem
pertanian terpadu merupakan sistem di mana pertanian dapat bermanfaat dan berperan
penting dalam suatu bidang tertentu baik itu secara langsung maupun tidak
langsung, begitu pula sebaliknya. Namun, tentunya tidak semua bidang dapat
menerapkan sistem pertanian di dalamnya. Umumnya bidang-bidang tersebut
mempunyai hubungan tertentu yang lebih spesifik dengan pertanian. Adapun
beberapa bidang yang di dalamnya pertanian dapat diterapkan, di antaranya
adalah perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan wisata.
a. Pertanian – Kehutanan
Sistem
pertanian terpadu pertanian-kehutanan digunakan untuk mengurangi penebangan
hutan untuk lahan pertanian, dan menjadi solusi untuk keterbatasan lahan
pertanian. Salah satu bentuk system pertanian terpadu pertanian-kehutanan
adalah agroforestry yaitu penanaman tanaman tahunan, dengan tanaman semusim.
Tanaman tahunan, dalam bentuk tanaman hutan, keras, guna untuk rehabilitasi,
disamping untuk rehabilitasi, ditanamkan juga tanaman semusim untuk faktor
ekonomi.
Beberapa
ciri penting agroforestri yang dikemukakan oleh Lundgren dan Raintree (1982)
adalah:
a. Agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman
atau lebih (tanaman dan/atau hewan).
b. Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu
tahun.
c. Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman
berkayu dengan tanaman tidak berkayu.
d. Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi
product), misalnya pakan ternak, bakar, buah-buahan, obat-obatan.
e. Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service
function), misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga
dijadikan pusat berkumpulnya keluarga/masyarakat.
f. Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah
tropis, agroforestri tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomasa tanaman
terutama dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen.
g. agroforestri yang paling sederhanapun secara biologis
(struktur dan fungsi) maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem
budidaya monokultur.
Agroforestri
dapat dilihat pada sistem penanamannya. Contohnya adalah penanaman tanaman
semusim diberi sela dengan tanaman tahunan. Padi dengan pematang sawah berupa
pohon nangka atau pohon sengon dapat dijadikan contoh dari sistem ini.
Manfaat
pertanian dalam kehutanan adalah dengan mengetahui sistem penanaman yang benar
dapat dihasilkan produk yang lebih. Di sisi lain lingkungan terjaga dengan adanya
tumbuhan (yang hidup/ daya panennya dalam jangka waktu lama) yang dapat menjaga
kadar air tanah, manusia juga mendapatkan hasilnya di saat panen. Selain itu,
keberadaan sistem ini juga dapat menjadikan kelestarian alam lebih terjaga dan
rapi.
b. Pertanian – Perikanan
Kaitan
antara bidang pertanian dan perikanan tentunya ada pada pertanian dengan sistem
yang membutuhkan air cukup banyak, misalnya pada lahan sawah irigasi. Pada
lahan ini dapat dilakukan usaha tani berupa mina padi. Secara umum mina padi
berarti memanfaatkan air pada saat penanaman padi untuk kehidupan ikan.
Sistem mina
padi merupakan cara pemeliharaan ikan di sela-sela tanaman padi, sebagai
penyelang diantara dua musim tanam padi atau pemeliharaan ikan sebagai
pengganti palawija di persawahan. Jenis ikan yang dapat dipelihara pada sistem
tersebut adalah ikan mas, nila, mujair, karper, tawes dan lain-lain. Ikan mas
dan karper merupakan jenis ikan yang paling baik dipelihara di sawah, karena
ikan tersebut dapat tumbuh dengan baik meskipun di air yang dangkal, serta
lebih tahan terhadap matahari. Agar pertumbuhan tanaman padi tidak terganggu,
pemeliharaan ikan di sawah harus disesuaikan dengan sistem pengairan yang ada,
sehingga produksi padi tidak terganggu.
Usaha mina
padi selain merupakan usaha yang menguntungkan, juga dapat meningkatkan
pendapatan petani, serta membantu program pemerintah dalam usaha memenuhi gizi
keluarga.
Potensi Minapadi dalam Mendukung Produksi Ikan Nasional
Salah satu
langkah yang perlu dilakukan dalam pengelolaan padi sawah yaitu pengelolaan
tanah yang meliputi: penggenangan, perbaikan pematang, pembabadan jerami,
pembajakan dan pencangkulan serta pemerataan permukaan tanah. Selain itu, pada
saat awal dilakukan penanaman padi, tidak banyak yang dapat dilakukan petani
selain melakukan pengeringan tanah untuk menekan serangan keong mas, menyemprot
hama dan menunggu tanaman padi membesar. Sayangnya kegiatan-kegiatan tersebut
kurang memberikan nilai tambah bagi petani sebaliknya mengeluarkan cukup banyak
biaya.Sebaliknya dengan sistem minapadi, petani bisa mendapatkan beberapa
keuntungan diantaranya meningkatnya produktifitas lahan, memperoleh pendapatan
dari panen padi dan ikan dan berkurangnya biaya produksi. Dalam sistem
minapadi, setelah proses pengolahan tanah sambil menunggu menunggu waktu tanam,
lahan ditanami bibit ikan dan dipelihara selama 30-40 hari. Selanjutnya ikan
dipanen dan dilakukan penanaman padi. Penanaman bibit ikan baru dilakukan
beberapa hari kemudian dan dilakukan pemeliharaan selama 30 sampai 40 hari. Dengan
demikian dalam sekali siklus budidaya minapadi dapat dilakukan pemanenan ikan 2
kali dan sekali pemanenan padi.
Selain itu
penerapan minapadi dapat menekan pertumbuhan gulma, mengurangi serangan hama
dan penyakit dan meningkatkan jumlah musuh alami bagi hama tanaman (Lu dan Li,
2006). Benih ikan memakan plankton dan organisme kecil lain yang
jatuh atau terdapat di air termasuk telur dan larva hama padi. Hal ini
menguntungkan karena ikan yang dipelihara memperoleh makanan tambahan. Selain
itu, berkurangnya aplikasi pestisida dalam budidaya minapadi memberi keuntungan
lain karena mendorong berkembangnya musuh alami bagi hama padi. Dengan
berkurangnya aplikasi pestisida selain memberi keuntungan bagi petani dengan
berkurangnya biaya produksi, juga memberi keuntungan bagi kesehatan manusia dan
pelestarian lingkungan.
Dengan
potensi lahan persawahan Indonesia yang cukup besar yakni mencapai 7 juta
hektar maka produksi perikanan yang cukup besar bisa diperoleh dari penerapan
minapadi. Sehubungan dengan besarnya potensi tersebut maka Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) telah mengembangkan program ”gerakan sejuta hektar mina
padi” atau disingkat GENTANADI. Dari program tersebut selain produksi ikan
nasional akan meningkat juga memberi manfaat bagi meningkatnya kesejahteraan
masyarakat khususnya petani.
Optimalisasi Kondisi Lingkungan Untuk Budidaya Minapadi
Pada
prinsipnya kondisi sawah yang cenderung selalu tergenang air memungkinkan untuk
budidaya ikan. Namun kenyataanya sawah yang didesain hanya untuk budidaya padi
kondisinya kurang optimum untuk budidaya ikan. Sebagai contoh, petani melakukan
pengeringan pada pertanaman padi untuk melakukan penyiangan, menekan
perkembangan hama keong dan mendorong berkembangnya anakan padi. Kondisi
tersebut tentu tidak cocok untuk budidaya ikan. Selain itu aplikasi
pestisida untuk membunuh hama dalam pertanaman padi dapat membunuh ikan
budidaya. Oleh karena itu, agar sawah dapat sesuai untuk budidaya minapadi maka
desain dan pengelolaan sawah harus dapat mendukung untuk pertumbuhan ikan dan
padi.
Agar kondisi
lahan sawah ideal bagi budidaya minapadi maka beberapa modifikasi perlu
dilakukan. Pada dasarnya modifikasi yang dilakukan adalah untuk memperdalam
area bagi budidaya ikan tanpa membuat tanaman padi tergenang lebih dalam serta
meminimalkan akses ikan masuk lokasi budidaya padi. Paling
tidak ada empat perbaikan fisik untuk budidaya minapadi yaitu: 1) meningkatkan
tinggi pematang sehingga meningkatkan tinggi genangan dan meminimalkan
kerusakan bila lokasi terendam air; 2) memasang jaring atau pembatas sehingga
ikan tidak melarikan diri serta melindungi dari masuknya predator; 3) melakukan
pengeringan; dan 4) membuat daerah yang lebih dalam untuk perlindungan
ikan. Contoh desain kemalir dan pematang dapat dilihat pada Gambar 2.
Bentuk parit atau kemalir dan lebarnya disesuaikan dengan luas petakan sawah,
yaitu 2-3 % sedangkan dalam kemalir adalah 20-30 cm.
Kawasan Minapadi untuk Mendukung Wisata Lingkungan (Ekowisata)
Istilah
“ekowisata” dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah
terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan
budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat
lokal dan mendukung pelestarian alam. Prinsip-prinsip pengembangan ekowisata
berbasis masyarakat dan konservasi adalah keberlanjutan ekowisata dari aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan (prinsip konservasi dan partisipasi masyarakat);
2) Pengembangan institusi masyarakat lokal dan kemitraan (Prinsip partisipasi
masyarakat); 3) Ekonomi berbasis masyarakat (Prinsip partisipasi masyarakat);
dan Prinsip Edukasi. Ekowisata memberikan banyak peluang untuk memperkenalkan
kepada wisatawan tentang pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap
kebudayaan lokal.
Salah satu
bentuk wisata yang marak berkembang belakangan ini adalah wisata pertanian
dimana wisatawan terlibat langsung dalam kegiatan pertanian seperti membajak
sawah, bercocok tanam, berternak, memancing dan berbagai kegiatan pertanian
lainnya. Berbagai daerah diketahui telah mengembangkan wisata pertanian
seperti Desa Cinangneng, Bogor, Desa Kebonagung di Jogjakarta dan lain-lain.
Pengembangan
minapadi pada kawasan pertanian sawah akan lebih meningkatkan daya tarik wisata
pertanian karena lebih banyak variasi wisata yang dapat diperoleh serta
sifatnya yang ramah lingkungan. Pada lokasi minapadi, wisatawan tidak
hanya menemukan padi di lahan persawahan tetapi juga dapat menemukan ikan.
Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan perikanan juga dapat dikembangkan
sebagai alternatif wisata seperti memancing dan menjala ikan, memberi makan
ikan dan lain lain. Disisi lain sistem budidaya minapadi yang dapat
mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida pengaruhnya
yang baik dalam meningkatkan musuh alami dari hama dan penyakit tanaman padi
memungkinkan dihasilkannya produk pertanian organik yang lebih sehat.
Dengan
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan sehat seperti
produk organik, maka proses produksi bahan organik juga dapat menjadi daya
tarik khusus bagi wisatawan sekaligus media pendidikan yang baik untuk kampanye
pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap kebudayaan lokal.
c. Pertanian – Peternakan
Hubungan
antara pertanian dengan peternakan dalam sistem pertanian terpadu sangat
beraneka ragam, tergantung pada sudut pandang yang diambil. Salah satu manfaat
dari mempelajari sistem pertanian terpadu adalah bisa mengetahui hubungan
saling ketergantungan antara pertanian dengan peternakan. Selain itu dapat pula
diketahui berbagai keuntungan yang bisa diambil saat mempelajari hubungan
antara sistem pertanian dengan peternakan.
Keuntungan
yang bisa diambil dari peternakan bagi pertanian adalah pemanfaatan tenaga
hewan ternak untuk kepentingan pertanian. Contoh manfaat yang bisa diambil dari
peternakan adalah kotoran hewan ternak dapat digunakan sebagai pupuk kandang
bagi tanaman. Tenaga hewan ternak juga dapat digunakan sebagai tenaga pengolah
lahan dan dapat juga dimanfaatkan sebagai tenaga pengangkutan hasil pertanian
di mana akan menghemat biaya karena tidak membutuhkan bahan bakar
layaknya kendaraan bermotor.
Sama dengan
peternakan, pertanian pun sangat bermanfaat bagi dunia peternakan. Salah satu
faktor yang harus terpenuhi dalam peternakan adalah kebutuhan akan pakan ternak
Dari pertanian akan dihasilkan bahan-bahan yang dapat diolah menjadi pakan
ternak. Pertanian sangat berperan dalam memenuhi keutuhan pakan ternak
karenatidak semua hewan ternak dapat diberi pakan dengan bahan makanan yang
diambil dari alam. Banyak hewan ternak yang pemenuhan pakannya sangat
bergantung pada pertanian. Contohhewan ternak yang membutuhkan pertanian adalah
unggas. Pada umumnya unggas memakan biji-bijian di mana biji-bijian ini hanya
akan diperoleh dengan pertanian. Oleh sebab itu, keberadaan pertanian
menjadikan kebutuhan pakan ternak akan mudah terpenuhi.
Namun
permasalahan yang cukup mengkhawatirkan dalam peternakan adalah persaingan
antara pakan dan pangan. Sistem pemberian pakan dalam peternakan menggunakan
sumberdaya yang sama dengan yang dimakan manusia. Serealia dan tepung kedele
adalah komponen terbesar pakan ternak yang juga dikonsumsi oleh manusia.
Diperkirakan hampir 50% dari supply biji-bijian dunia dikonsumsi ternak. Jika
semua biji-bijian dunia dicadangkan untuk konsumsi manusia saja maka akan cukup
untuk memberi makan 9 – 10 milyar penduduk dunia pada
titik mana populasi dunia diharapkan
akan stabil. Oleh karena itu, pemecahan terhadap masalah memenuhi
kebutuhan pangan di tahun mendatang adalah mengembangkan sistem produksi ternak
yang tidak tergantung pada biji-bijian serealia.
Keuntungan
lain dari alternatif sistem pakan bukan biji-bijian akan membawa kepada
pengurangan kontaminasi lingkungan, meningkatkan kesempatan kerja dan
meningkatkan keragaman hayati dan produk ternak yang lebih baik mutunya.
Karenanya tiap intervensi yang melibatkan ternak harus didasarkan pada peran
sinergis mereka dalam manfaat sistem pertanian keseluruhan ketimbang sebagai
penghasil daging, susu atau telur yang menggunakan pakan bersaing dengan
kebutuhan manusia. Sistem peternakan yang menggunakan pakan sama dengan pangan
hanya akan mengakumulasi masalah dimasa mendatang, apalagi sekarang pangan
tidak hanya digunakan sebagai pakan tetapi juga energi. Tentu diperlukan
terobosan dalam bidang peternakan untuk menjaga keberlanjutan sistem pertanian
secara keseluruhan.
d. Pertanian – Wisata
Hubungan antara pertanian dengan wisata sering disebut
dengan agrowisata. Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek
wisata utamanya adalah lanskap pertanian, maka dapat dikatakan bahwa agrowisata
merupakan wisata yang memanfaatkan obyek-obyek pertanian. Agrowisata juga
merupakan kegiatan wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian
dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian sebagai obyek wisata, seperti teknologi
pertanian maupun komoditi pertanian.
Beberapa sumber menjelaskan bahwa agrowisata adalah
salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian yang
menyajikan suguhan pemandangan alam kawasan pertanian (farmland view) dan
aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan,
pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan
bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh.
Agrowisata tersebut ikut melibatkan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan
pertanian.
Agrowisata umumnya berada pada daerah yang memiliki
iklim dingin atau dengan kata lain ada pada dataran tinggi di mana pertanian
dapat terlaksana dengan baik. Pengembangan wisata dengan metode pertanian
memiliki kesenangan tersendiri. Di dalamnya para wisatawan dapat mengetahui
lebih lanjut tentang pertanian dan bahkan dapat melakukannya. Pendekatan ini
secara tidak langsung menambah pengetahuan mengenai pertanian bagi para
wisatawan. Selain itu, dengan adanya agrowisata petani dan masyarakat sekitar
pun mendapatkan pendapatan yang lebih. Keberadaan tempat wisata
menyebabkan masyarakat turut berperan dalam meramaikan pasarnya.
BAB III
METODELOGI
3.1 Tempat
dan Waktu
Praktikum
dilaksanakan di pengembangan
peternakan rakyat terpadu yaitu dilahan
budidaya ternak milik petani dikelurahan pekat kecamatan sumbawa waktu
pelaksanaan pada tanggal 27 Nopember 2016.
3.2 Alat dan
Bahan
Adapun alat
dan bahan praktikum sistem pertanian terpadu adalah sebagai berikut:
a. Buku Tulis
b. Pensil
c. Bolpoin
d. Camera hp
3.3 Langkah Kerja
Adapun
langkah kerja praktikum sistem pertanian terpadu adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pendataan kelemahan-kelemahan budidaya
ternak yang dilaksanakanoleh peternak dilokasi praktikum diamati oleh
masing-masing kelompok mahasiswa, selanjutnya didiskusikan kelemahan tersebut
dilokasi praktikum
b. Melakukam pendataan potensi-potensidi lahan praktikum
untuk menentukan model pengembangan lahan budidaya.
c. Menganalisis solusi yang diperlukan untuk
mengembangkan lahan budidaya untuk menjadi areal pertanian terpadu berbasis
ternak sapi, tanaman pangan dan lamtoro.
d. Mebgambar desain lahan untuk pengembangan ternak
sehingga sarana, pakan dan air tercukupiuntuk budidaya ternak terpadu.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Survay Lahan
Berdasarkan
hasil survay lahan budidaya ternak milik petani di kelurahan pekat kacematan
sumbawa bahwa luas lahan tersebut 1,5 Ha keadaan lahan masih dalam keadaan
kosong dan kebanyakan yang tumbuh di lahan tersebut banyak tumbuh gulma-gulma
non-rumput yang tidak dapat dimanfaatkan sebagai pakan, rumput yang tumbuhpun
sedikit sehingga tidak layak dikatakan sebagai lahan padang pengembalaan untuk
ternak, sedangkan potensi yang dimiliki di lahan tersebut sangat besar seperti
sungai kecil, sumber air dangkal, sumur bur bahkan lahan tersebut memiliki
tanah yang subur tidak berbatu, jauh dari jalan raya bahkan jauh pula dengan
pemukiman penduduk. Kelemahan lain juga dilihat dari kondisi lahan tersebut
adalah sedikitnya sumber bahan pakan yang dimiliki karena banyaknya gulma-gulma
non rumput yang tumbuh, pagarpun kurang dimanfaatkan untuk ditanami sumber
bahan pakan seperti penanaman lamptoro dapat dilihat pada gambar 4.1
Dari lahan
yang telah di survay dan memiliki potensi yang baik untuk penanaman dengan
sistem pertanian terpadu berbasis ternak sapi, tanaman pangan dan lamtoro, luas
lahan yang dimiliki adalah 1,5 Ha, sedangkan lahan 200 m2 akan
dibuat kandang pengemukan dan kandang komersial untuk pengistirahatan ternak
induk sementara lahan 300 m2 akan dibuat rumah pemukiman dan rumah
tempat pakan, penanaman tanaman pangan dan kolam ikan selain itu juga akan
dibuat kandang kecil untuk beternak ayam kampung, sedangkan untuk kotoran ternak
pengemukan sapi akan disalurkan ke penampungan biogas untuk dimanfaatkan pembuatan
biogas fungsinya untuk kebutuhan rumah tangga dan penerangan di sekitar kandang
dan perumahan selain biogas kotoran ternak dan ampas dari biogas juga dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kompos, Pemberian
pupuk juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman dan untuk
menjaga kesuburan tanah, pada sistem pertanian terpadu ini pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang. Pupuk kandang
diberikan untuk semua tanaman, seperti berbagai
jenis rumput dan tanaman pangan, sementara itu untuk lahan 1 Ha akan dibut
beberapa petang tempat padang pengembalaan dipadang pengembalaan tersebut akan
ditanami rumput gajah, lamptoro, Rumput
Rhodes, Rumput Bangala, Rumput setaria dan Rumput Beha. disetiap pagar juga
akan ditanami lamptoro seperti pada gambar 4.2. Pola Sistem pertanian terpadu merupakan penanaman
campuran dan beternak dari dua atau lebih jenis pangan dan ternak dalam suatu
luasan lahan. Jenis pangan yang digabung bisa banyak variasinya. Pola sistem pertanian
terpadu ini sebagai upaya memanfaatkan lahan semaksimal mungkin.
Sistem pertanian terpadu merupakan pemanfaatan seluruh potensi energi yang terdapat
pada lahan dengan berbagai jenis usahatani sehingga dapat menghasilkan hasil
panen secara seimbang. Melalui pertanian terpadu akan terjadi pengikatan
bahan organik di dalam tanah dan penyerapan karbon yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan pertanian konvensional yang memakai pupuk nitrogen dan
sebagainya. Proses pemanfaatan produksi pertanian terpadu dalam suatu kawasan
dapat terjadi secara efektif dan efisien, sehingga keberadaan sektor-sektor
akan mengakibatkan kawasan memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen
produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen
lainnya, selain itu juga akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan
biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.
Penerapan sistem pertanian terpadu dapat dilakukan dengan pengelolaan tanah
secara terpadu, pengelolaan tanaman secara terpadu, pengelolaan ternak terpadu,
pengelolaan air terpadu, pengelolaan unsur hara terpad, pengelolaan hama
terpadu dan adanya pengelolaan pemasaran terpadu. Tujuh unsur dalam penerapan pertanian terpadu saling terkait yang satu
dengan lainnya.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah
dijabarkan dapat disimpulkan bahwa:
a. Sistem
pertanian terpadu merupakan sistem di mana pertanian dapat bermanfaat dan
berperan penting dalam suatu bidang tertentu, begitu pula sebaliknya.
b. Beberapa
macam sistem pertanian terpadu seperti pertanian-perkebunan,
pertanian-kehutanan, pertanian-peternakan, pertanian-perikanan, dan pertanian-wisata.
5.2 Saran
Dalam melaksanakan sistem pertanian perlu dilakukan dengan model yang
sesuai dengan daerah lingkungan dan jenis tanaman yang akan ditanam bersamaan
sehingga dapat saling menguntungkan, apabila ingin mengintegrasi dengan ternak
maka perlu tanaman pakan untuk menunjang produksi dari ternak, sehingga
memberikan hubungan timbalbalik yang saling menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adimihardja, A. 2008. Teknologi
Dan Strategi Konservasi Tanah Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian. Pengembangan
Inovasi Pertanian.
Girsang, M. A., dan Ibrahim, T. M. 2010. Analisis Kelayakan Sistem Integrasi Ternak sapi
Dengan Tanaman sayur-sayuran Di Kabupaten Karo Sumatera Utara. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Haryanto, B.
2009. Inovasi Teknologi Pakan Ternak Dalam Sistem Integrasi Tanaman
-Ternak Bebas Limbah Mendukung Upaya Peningkatan Produksi Daging.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan: Bogor.
Makka, D. 2006. Prospek
Pengembangan Sistem Integrasi Peternakan Yang Berdaya Saing. Seminar Nasional Sistem Integrasi
Tanaman-Ternak, hal 18-32.
Mulyoutami, E., Stefanus, E., Schalenbourg, W.,
Rahayu, S., dan Joshi, L. 2005. Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis padi di Sumberjaya, Lampung Barat. Jurnal Agroforestry.
Sardjono, M. A., Djogo,
T., Arifin, H. S., dan
Wijayanto, N. 2003. Klasifikasi Dan Pola Kombinasi Komponen
Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF): Bogor.
Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. Universitas
Brawijaya Press (UB Press):Malang.
Soedjana, T. D. 2007. Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak Sebagai
Respons Petani Terhadap Faktor Risiko. Jurnal
Litbang Pertanian.
Sunaryo dan Laxman, J. 2003. Peranan
Pengetahuan Ekologi Lokal dalam Sistem Agroforestry. World Agroforestry
Centre (ICRAF): Bogor
Sunyoto, Pramu Dan Rachman, Benny. 2005. Kajian
Sistem Integrasi Padi-Sapi Dilahan Sawah Irigasi Kabupaten Lebak Banten. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005.
DAFTAR
LAMPIRAN
1.1 Hasil
Dokumentasi saat praktikum
Lahan pengembangan peternakan
|
|
Sungai kecil potensi yang dimiliki
di lahan pengembangan peternakan yang tidak dimanfaatkan
|
|
Sumur bor salah satu potensi yang
dimiliki di lahan budidaya peternakan yang tidak dimanfaatkan
|
|
mencatat dan mendiskusikan potensi dan kelemahan yang ada dilahan budiya
peternakan
|